Banyak terjadi perdebatan mengenai dunia Islam dan bagaimana dengan ilmu pengetahuannya. Sejak zaman dulu dimana Islam pernah menjadi barometer dunia dalam banyak segi kehidupan, terlebih dengan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Seperti contoh Ibnu Sina yang menjadi bapak kedokteran dunia modern dengan penjelasan anatomi tubuh manusia dan pengobatan modernya, juga Al Khawarismi yang terkenal dengan algoritmanya bahkan masih banyak lagi ilmuwan Islam yang membawa dunia baru yang jauh lebih baik bagi umat manusia hingga saat sekarang ini. Telah menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang memang benar-benar rahmat bagi sekalian alam.
Namun sejak dulu pula hingga saat sekarang sangatlah disayangkan bahwa tidak sedikit diantara manusia baik non Islam maupun dari kalangan umat Islam sendiri yang telah menyangkal akan kebenaran ajaran Islam dan kehebatan Al-Qur`an sebagai panduan dalam hidup dan kehidupan. Mereka terus berupaya membenarkan apa yang hanya sekedar pemikirannya sendiri dengan tidak menjadikan Islam dan Al-Qur`an sebagai acuan dan pedoman bagi kehidupannya. Bahkan pemikiran Barat sekarang ini berada di tengah-tengah peperangan antara agama dan ilmu pengetahuan. Hampir tidak mungkin pemikir Barat sekarang ini menerima kenyataan bahwa kemungkinan ada pertemuan secara mendasar antara agama dan ilmu pengetahuan. Injil, yang menjadi kepercayaan orang Nasrani, menyatakan pohon di mana Nabi Adam As dilarang memakannya adalah pengetahuan. Oleh karena itu, setelah dia memakan buahnya, dia memperoleh pengetahuan tertentu yang mana tidak dia peroleh sebelumnya. Dengan alasan inilah orang Eropa membantah bahwa selama dua abad mereka tidak menerima pengetahuan ilmiah yang datang dari orang Islam.
Gereja menyatakan bahwa pencarian seperti pengetahuan ilmiah adalah penyebab dosa yang asli. Uskup menggambarkan bukti mereka dari Perjanjian Lama yang menyebutkan bahwa ketika Adam memakan pohon itu, ia mendapat beberapa pengetahuan, Allah tidak menyukainya dan menolak memberinya kemurahan hati. Oleh karena itu, pengetahuan ilmiah menolak sepenuhnya peraturan gereja yang dianggap sebagai hal yang tabu. Akhirnya, ketika pemikir bebas dan ilmuwan Barat sanggup mengatasi kekuatan gereja, mereka membalas dendam dengan mencari petunjuk yang berlawanan dan menekan beberapa kekuatan agama. Mereka beralih kepada hal-hal yang berlawanaan untuk mengatasi kekuatan gereja dan mengurangi pengaruhnya kepada hal yang sempit dan membatasi pada sudut-sudut tertentu.
Oleh karena itu, jika Anda membicarakan persoalan agama dan ilmu pengetahuan dengan pemikir Barat, dia benar-benar akan keheranan. Mereka tidak tahu Islam. Mereka tidak mengetahui bahwa Islam menjunjung tinggi status ilmu pengetahuan dan orang yang berilmu, menghormati mereka sebagai saksi setelah malaikat yang berhubungan dengan fakta baru tiada Tuhan selain Allah, sebagaimana yang telah Allah firmankan kepada kita:
“Tuhan menyatakan, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Dia, dan malaikat-malaikat dan orang-orang berilmu yang tegak dengan keadilan” (QS. AIi Imran [3] : 18)
Dan Allah Yang Maha Agung dan Maha Muha berfirman kepada kita:
“Oleh sebab itu, ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah “. (QS. Muhammad [47] : 19)
Telah diketahui dari Al-Qur`an bahwa Nabi Adam As diistimewakan melebihi malaikat dengan kebaikan pengetahuan yang diberikan Allah kepadanya. Kisah dari Al-Qur`an menyangkal Injil yang menyebutkan orang Islam dianggap menyimpang. Menurut Al-Qur`an, kenyataan bahwa Nabi Adam As diberi pengetahuan adalah sebuah tanda kehormatan dan bukan karena pengusirannya dari surga. Oleh karena itu, jika seseorang membicarakan Islam dan ilmu pengetahuan dengan para pemikir Barat, mereka cenderung mengharapkan argumen yang sama dengan apa yang ada dalam budaya dan agama mereka. Itulah mengapa mereka memberi reaksi dengan keterkejutan ketika mereka ditunjukkan dengan fakta yang jelas sekali dari Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Di antara pemikir Barat yang menampakkan keterkejutannya itu adalah Prof. Dr. Joe Leigh Simpson, Ketua jurusan Ilmu Kebidanan dan Ginekologi dan Pakar Molecular dan Genetika Manusia, Baylor College Medicine, Houston. Ketika kami pertama kali bertemu dengannya, Profesor Simpson menuntut pembuktian Al-Qur`an dan As-Sunnah. Akan tetapi, kami sanggup menghilangkan kecurigaannya. Kami menunjukkan kepadanya sebuah naskah garis besar perkembangan embrio. Kami membuktikan kepadanya bahwa Al-Qur`an menjelaskan kepada kita bahwa turunan atau hereditas dan sifat keturunan atau kromosom yang tersusun hanya bisa terjadi setelah perpaduan yang berhasil antara sperma dan ovum. Sebagaimana yang kita ketahui, kromosom-kromosom ini berisi semua sifat-sifat baru manusia yang akan menjadi mata, kulit, rambut, dan lain-lain.
Oleh karena itu, beberapa sifat manusia yang tersusun itu ditentukan oleh kromosomnya. Kromosom-kromosom ini mulai terbentuk sebagai permulaan pada tingkatan nutfah dari perkembangan embrio. Dengan kata lain, ciri khas manusia baru terbentuk sejak dari tingkatan nutfah yang paling awal. Allah Yang Maha Agung dan Yang Maha Mulia berfirman di dalam Al-Qur`an:
“Celakalah kiranya manusia itu! Alangkah ingkarnya (kepada Tuhan). Dari apakah dia diciptakan? Dari setetes air mani. (Tuhan) menciptakannya dan menentukan ukuran yang sepadan dengannya. ” (QS. `Abasa [80] : 17-19)
Selama empat puluh hari pertama kehamilan, semua bagian dan organ tubuh telah sempurna atau lengkap, terbentuk secara berurutan. Nabi Muhammad SAW menjelaskan kepada kita di dalam hadistnya: “Setiap dari kamu, semua komponen penciptamu terkumpul dalam rahim ibumu selama empatpuluh hari”. Di dalam hadist lain, Nabi Muhammad Saw bersabda:
“Ketika setetes nuftah telah melewati 42 malam, Allah menyuruh seorang malaikat ke rahim perempuan, yang berkata: “Ya Tuhan! Ini laki-laki atau perernpuan?’ Dan Tuhanmu memutuskan apa yang Dia kehendaki. “
Profesor Simpson mempelajari dua hadist ini secara intensif, yang mencatat bahwa empat puluh hari pertama itu terdapat tingkatan yang dapat dibedakan secara jelas atau embriogenesis. Secara khusus, Dia dibuat kagum dengan ketelitian yang mutlak dan keakuratan kedua hadist tersebut. Kemudian dalam salali satu konferensi yang dihadirinya, dia memberikan pendapat sebagai berikut: “Dari kedua hadist yang telah tercatat dapat membuktikan kepada kita gambaran waktu secara spesifik perkembangan embrio sebelum sampai 40 hari. Terlebih lagi, pendapat yang telah berulang-ulang dikemukakan pembicara yang lain pagi ini, bahwa kedua hadist ini telah menghasilkan dasar pengetahuan ilmiah yang mana rekaman mereka sekarang ini didapatkan”.
Profesor Simpson mengatakan bahwa agama dapat menjadi petunjuk yang baik untuk pencarian ilmu pengetahuan. Ilmuwan Barat telah menolak hal ini. Seorang ilmuwan Amerika mengatakan bahwa agama Islam dapat mencapai sukses dalam hal ini. Dengan analogi, jika Anda pergi ke suatu pabrik dan Anda berpedoman pada mengoperasikan pabrik itu, kemudian Anda akan paham dengan mudah bermacam-macam pengoperasian yang berlangsung di pabrik itu. Jika Anda tidak memiliki pedoman ini, pasti tidak memiliki kesempatan untuk memahami secara baik variasi proses tersebut. Profesor Simpson berkata: “Saya pikir tidak ada pertentangan antara ilmu genetika dan agama, tetapi pada kenyataannya agama dapat menjadi petunjuk ilmu pengetahuan dengan tambahan wahyu ke beberapa pendekatan ilmiah yang tradisional. Ada kenyataan di dalam Al-Qur`an yang ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan menjadi valid, yang mana Al-Qur`an mendukung ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah”.
Inilah kebenaran. Orang-orang Islam tentunya dapat memimpin dalam cara pencarian ilmu pengetahuan dan mereka dapat menyampaikan pengetahuan itu dalam status yang sesuai. Terlebih lagi orang Islam mengetahui bagaimana menggunakan pengetahuan itu sebagai bukti keberadaan Allah, Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia untuk menegaskan kerasulan Nabi Muhammad Saw.
Allah berfirman di dalam Al-Qur`an:
“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa Al-Qur`an ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu” (QS. Fushshilat [41] : 53)
Setelah menyadari melalui beberapa contoh keajaiban Al-Qur`an secara ilmiah yang telah diketahui berhubungan dengan komentar yang objektif dari para ilmuwan, mari kita tanyakan pada diri kita sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Dapatkah hal ini menjadi sebuah kejadian yang kebetulan bahwa akhir-akhir ini penemuan informasi secara ilmiah dari lapangan yang berbeda yang tersebutkan di dalam Al-Qur`an yang telah turun pada 14 abad yang lalu?
b. Dapatkah al-Qur`an ini ditulis atau dikarang Nabi Muhammad Saw atau manusia yang lain?
Hanya jawaban yang mungkin untuk pertanyaan itu bahwa Al-Qur`an secara harfiah adalah kata-kata atau firman Allah yang diturunkan kepadanya. Al-Qur`an adalah perkataan yang harfiah dari Allah yang Dia turunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang melalui malaikat Jibril. Al-Qur`an ini dihapalkan oleh Nabi Muhammad Saw yang kemudian didiktekan kepada sahabat-sahabatnya. Para sahabat inilah yang selanjutnya secara bergiliran menghapalkannya, menulis ulang, dan memeriksa/ meninjau lagi dengan Nabi Muhammad Saw.
Terlebih lagi, Nabi Muhammad Saw memeriksa kembali Al-Qur`an dengan malaikat Jibril sekali setiap bulan Ramadhan dan dua kali di akhir hidupnya pada kalender Hijriah yang sama. Sejak Al-Qur`an diturunkan sampai hari ini, selalu ada banyak orang Islam yang menghapalkan semua ayat Al-Qur`an surat demi surat. Sebagian dari mereka ada yang sanggup menghapal Al-Qur`an pada waktu berumur 10 tahun. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika tidak ada satu surat pun di dalam Al-Quran yang berubah selama berabad-abad sampai sekarang.
Al-Qur`an telah diturunkan 14 abad yang lalu menyebutkan fakta yang baru ditemukan akhir-akhir ini yang telah dibuktikan oleh para ilmuwan. Hal ini membuktikan tidak ada keraguan bahwa Al-Qur`an adalah firman yang harfiah dari Allah Swt, yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad Saw. Selain itu juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah benar-benar nabi dan utusan yang diturunkan Allah. Hal ini adalah di luar alasan bahwa setiap manusia 14 abad yang lalu telah mengetahui beberapa fakta ini yang ditemukan atau dibuktikan akhir-akhir ini dengan peralatan canggih dan metode yang rumit.
Wallahu a`lam bish-showwab.