Logo Harakah Ikhwanul Muslimin
al-ikhwan.net - Apakah kejadian malam senin lalu di Maspiro merupakan kejadian yang masuk akal? Padahal umat manusia sebelumnya melaksanakan shalat Jum’at di Medan Tahrir. Penganut Nashrani mengulurkan air wudhu untuk saudara mereka yang muslim. Setiap pemeluk kedua agama ini saling menyeru untuk hidup berdampingan, damai, cinta, dan bekerja sama dalam kebaikan.
Dengan sebab kejadian kecil di wilayah selatan Mesir itu mestinya bisa dicarikan solusi dengan bijak dan dengan pendekatan dari hati ke hati, dengan dimungkinkan untuk melihat ketentuan dan aturan pembangunan rumah ibadah untuk umat Kristiani dengan sebaik mungkin, dan semua harus menghormati ketentuan itu.
Namun, jika dilihat dari korban yang meninggal dan luka-luka dari peristiwa bentrok antara para demonstran dan pihak keamanan itu, tentu bukan karena problem Gereja Aswan di wilayah selatan Mesir itu, akan tetapi lebih pada adanya upaya untuk merusak jalannya reformasi dan revolusi damai Mesir dari pihak-pihak tertentu, sehingga kebebasan, keadilan, demokrasi menjadi suram kembali, meski harus menumpahkan darah dan mengobarkan kecamuk permusuhan di antara anak bangsa sendiri.
Tuntutan yang diperbolehkan tentu sangat banyak, namun ada waktu dan cara yang sesuai. Semua rakyat Mesir mempunyai keinginan, tak terkecuali umat Kristiani. Dan kami berkeyakinan tuntutan itu bukan sekarang waktunya, karena pemerintahan sekarang ini merupakan pemerintahan transisi, pemerintahan yang tidak normal. Jika saja tuntutan itu dipenuhi, bisa saja dirubah oleh parlemen hasil pemilu, sehingga dibutuhkan kesabaran dan lebih berhati-hati, menunggu pemerintah hasil pemilu yang dipilih rakyat langsung. Lebih lagi kita diambang pemilu umum, bebas dan rahsia dan adil, untuk mewujudkan kondisi stabil dengan legitimasi dari masyarakat yang kuat dan undang-undang yang kuat dalam bingkai kehidupan demokrasi yang damai.
Kami sadar bawah ada ketidak adilan yang dialami oleh saudara kami dari umat Nashrani, sebagai bagian dari sistem yang zhalim yang tidak pernah menghormati agama dan amanah. Kezhaliman ini menyeluruh menimpa rakyat Mesir semua, begitu juga yang dialami oleh Ikhwanul Muslimin, semua orang tahu bahwa gerakan ini mengalami penindasan dan kesewenang-wenangan dari pemerintah sebelumnya. Yakinlah aturan transisi ini sementara.
Sesungguhnya kami menolak apa yang dilakukan nyonya Clinton –sebelum ini- berupa bantuan kekuatan dari Amerika untuk menjaga gereja dan kawasan-kawasan yang vital di Mesir. Kami menganggap bahwa upaya ini jelas-jelas dalam rangka menjajah Mesir secara langsung. Kami juga masih ingat bahwa Inggris telah menjajah Mesir tahun 1882M., dengan dalih menjaga minoritas. Penjajahan ini berlangsung selama delapan puluh tahun. Kami khwatir bahwa permusuhan Amerika ini dibalik kejadian yang lalu. Jika saja Amerika mau berfikir untuk mewujudkan hal ini, maka hendaknya ia tahu bahwa rakyat Mesir semuanya menetang permusuhan dengan segala macam kekuatannya. Jika mereka menginginkan kebaikan untuk umat Nashrani, hendaknya mereka mengatahui bahwa umat Nasrani adalah saudara-suadara kami, mereka jauh lebih dekat dengan kami dibandingkan dengan kalian. Kami diperintahkan oleh agama kami untuk melindungi mereka dan tempat ibadah mereka.
Karena itu kami menuntut:
Kami menghimbau para intelektual untuk berupaya meredam api permusuhan dan kemarahan, serta menghidupkan semangat persaudaraan, hal inilah yang menyertai terjadi pada revolusi 25 Januari lalu. Dan kembali pada kepentingan nasional bersama yang menunjukkan kebesaran bangsa Mesir sepanjang sejarahnya.
Kami menuntut segera diusut secara tuntas dan dipublikasikan secara terbuka apa yang sebenarnya terjadi. Serta diumumkannya bahwa undang-undang di atas semua individu, sehingga orang yang bersalah harus mendapatkan balasan setimpal.
Kami menghimbau kepada saudara-saudara kami dari umat Kristiani untuk tidak memberi peluang kepada musuh-musuh negara baik dari dalam maupun dari luar, untuk mengobarkan fitnah dan ketidak tenangan.
Kami menuntut agar pemilu dilaksanakan sesuai jadwal sebagaimana yang telah disepakati oleh semua elemen negeri ini, guna mewujudkan peralihan kekuasaan dan tanggung jawab dan stabilitas yang positif.
Kami menghimbau agar pengelola media massa bertaqwa kepada Allah dalam memberitakan hal-hal yang terkait dengan nasib rakyat dan bangsa, dan agar tetap berpedoman pada etika jurnalistik yang adil, amanah dan independen.
Kami menuntut segera dikeluarkannya undang-undang yang mengatur tidak bolehnya politikus busuk ikut serta dalam pemilihan, dalam rangka menjauhkan negara dari carut marut, terutama proses penyelanggaraan pemilu.
Kami menuntut kesungguhan dari militer dan pihak keamanan untuk menjamin keamanan proses pemilu. Ikhwanul Muslimin sangat siap unutk bergabung dalam panitia bersama dengan elemen masyarakat dalam mewujudkan tujuan nasional ini.
Akhirnya, kami ingatkan kepada pihak-pihak yang lupa dengan statemen Jendral Amus Yadin, Ketua Badan Intelejen Perang Zionisme “Aman” yang dilansir di surat kabar edisi 2/11/2010 sebelum terjadinya revolusi damai Mesir:
“Mesir adalah mainan besar aktivitas intelejen Zionis, kerja untuk –menghancurkan- Mesir sesuai dengan strategi yang sudah dicanangkan semenjak tahun 1979. Kami telah mengobarkan kecamuk politik, keamanan, ekonomi, militer dalam banyak dimensi. Kami telah sukses dalam memecah belah kelompok dan sosial masyarakat dalam rangka melahirkan suasana pertentangan terus-menerus, untuk merusak tatanan masarakat dan negara Mesir, sehingga apapun sistem yang dibangun dan siapapun pemimpin setelah rezim Mubarak, tidak akan sanggup untuk memulihkan permasalahan ini.”
Apakah para intelektual masih menyadarinya?!
Semoga Allah menjaga Mesir, menyatukan barisannya, menunjuki rakyat dan pemimpinnya untuk kebaikan negara dan bangsanya.
Ikhwanul Muslimin