Demi yang kukagumi,
aku memberanikan diri,
untuk menulis sebuah puisi,
yang tak seindah pelangi,
namun sebuah kejujuran hati,
Demi yang kurindu,
aku rela menjadi debu,
dan tak pernah merasa jemu,
berdiri mematung untuk menunggu,
pembebasan jiwa yang terbelenggu.
Demi yang kupuja,
biarlah aku menjadi lupa,
tentang diriku yang sebenarnya,
kerana aku takkan pernah ada,
tanpa hembusan sebuah sabda.
Demi yang terindah,
aku sedar begitu rendah,
sedikitpun tak terlihat gagah,
berjalan harus dipapah,
agar tidak terjerembab ke tanah.
Demi yang tercantik,
lemah bibirku berbisik,
melantunkan kata terbaik,
tanpa dilapisi warna-warni lipstik,
tentang kebenaran yang setitik,
Demi yang tiada cacat,
aku selalu ingin mencatat,
makna-makna yang tersirat,
di antara dunia penuh siasat,
agar aku senatiasa selamat.
Demi keagunganNya,
aku selalu memuja,
aku selalu mengagumi,
aku selalu merindu,
akan semua keindahanNya