Rupa dan ruh puasa
Oleh : Ustadz Jindan bin Naufal Bin Jindan
Rupa dan ruh puasa
Perlu diketahui bahwa puasa mempunyai rupa dan ruh. Rupa puasa adalah menahan diri dari makan dan minum, dan bersetubuh, mulai terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan disertai niat. Barangsiapa makan minum dan bersetubuh pada siang harinya, sedang ia melakukannya dengan sengaja, mengetahui hukum dan bukan terpaksa, maka batallah puasanya. Tetapi jika ia lupa, atau tidak mengetahui hukumnya, ataupun terpaksa, maka puasanya tidak batal.
Adapun halnya ruh puasa ialah menahan diri dari segala dosa dan larangan Allah Ta’ala dan senantiasa mengerjakan segala yang wajib.
Orang yang berpuasa dari makan, minum dan bersetubuh, tetapi tidak menahan diri dari dosa dan larangan Allah Ta’ala, maka puasanya tidak menghasilkan faedah apapun selain susah payah belaka. Karena itu jika berpuasa, hendaknya anda memperbaiki puasanya. Demikian pula terhadap semua amalan anda, hendaknya anda tekun memperbaikinya, menyempurnakannya dan mengarahkannya kepada Allah Ta’ala, dengan penuh tulus ikhlas, sehingga Allah Ta’ala memberikan manfaat dari semua amalan itu kepada kita, dan kita memperoleh balasan yang besar dariNya, ketika kita kembali kepadaNya.
Shalat Tasbih
Shalat Tasbih merupakan satu sunnah yang dianjurkan agama, yaitu empat rekaat. Terdapat banyak riwayat yang menunjukkan keutamaan shalat ini. Dan barangsiapa mengerjakannya, akan diampuni dosanya yang lalu dan yang akan datang.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepada pamannya Abbas, “Kerjakanlah shalat Tasbih sekali setiap hari, atau setiap Jumat, atau setiap bulan sekali, atau setiap tahun sekali, atau sekali seumur hidup.”
Shalat Tasbih tersebut bisa dikerjakan empat rekaat sekaligus dengan satu salam, atau dua raka’at dua rekaat dengan dua salam.
Caranya adalah : Pertama, setelah takbiratul ihram, dilanjutkan dengan doa Iftitah. Setelah itu membaca tasbih sebanyak 15 kali. Kemudian membaca Al-Fatihah dan surat sesudahnya, lalu bertasbih sebanyak 10 kali. Kemudian ruku’ dan membaca tasbih sebanyak 10 kali. Lalu i’tidal dan membaca tasbih sebanyak 10 kali. Kemudian sujud dan membaca tasbih 10 kali. Lalu duduk antara dua sujud dan membaca tasbih sebanyak 10 kali. Lantas sujud lagi dan bertasbih 10 kali. Itulah satu rekaat dengan jumlah tasbih sebanyak 75 kali. Maka di dalam shalat Tasbih menjadi 300 kali tasbih. Tasbih yang dibaca adalah:
سبحان الله، والحمد لله، ولا اله الا الله، والله أكبر
Dan setelah selesai shalat Tasbih maka membaca doa shalat Tasbih yang disebutkan oleh para salaf, yaitu:
أللهم إنا نسْألك التوْفِـيْق أهْـل الهُدَى، وَأعْمَالَ أهْـل اليَقِيْن، وَمُناصَحَة أهْل التوْبَةِ، وَعَزْمَ اهْـل الصَّبْر، وَجَدَّ أهل الخشيَةِ، وَطلَبَ اهْل الرَّغبَةِ، وَتعَبّدَ اهل الوَرَع، وَعُرْفانَ اهل العِلْم حَتَّى نخافك. اللهُمَّ إنا نَسْألكَ مَخافة تَحْجُزنا عَن مَعَاصِيْك حَتَّى نَعْمَلَ بطاعَـتِـك عَمَلا نَسْتَحِقُّ بهِ رضَاكَ، وَحَتّى نُنَاصِحُكَ بالتَوْبَةِ خَوْفاً مِنْكَ، وَحَتّى نُخلِصُ لَكَ النّصِيْحَة حَيَاءً مِنكَ، وَحَتّى نتوَكّلَ عَلَيْكَ فِيْ الأمُوْر كُلّهَا حُسْنَ ظنّ بكَ، سُبْحَانَ خَالِق النّوْر. وَصَلّى اللهُ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبهِ وَسَلَّمْ وَالحَمْدُ لله رَبِّ العَالَمِيْن.
Shalat Tasbih dikerjakan secara sendiri-sendiri, dan boleh dilakukan secara berjamaah, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian ulama salaf. Dan tidak ada larangan yang melarang berjamaah dalam shalat Tasbih.
Demikian Buletin Ramadhan ini, yang sebagian dikutip dari Kitab Nashaih Diniyyah, karangan Habib Abdullah bin Alwi AlHaddad. Disusun oleh Jindan bin Novel bin Jindan, semoga Allah memaafkannya dan membukakan hatinya, amiin.